Liburan ke Lombok Hadiah Hari Ibu dari Anakku


Jum'at, tanggal 9 Desember 2016, jam 07.00 kami sudah mendarat di Bandara Udara Internasional Lombok. Yeeeaaay...finally...Lombok, here I come. Tak mengapa postingan ini aku muat pada tahun 2017, yang penting ada catatan di blog-ku tentang liburanku bersama anak cucu.


Foto: dokpri

Pulau Lombok memang merupakan satu tujuan yang ingin aku jelang suatu saat kelak bila kesempatan memungkinkan. Tapi siapa yang akan menyangka di akhir tahun 2016 saat yang aku inginkan itu menjadi kenyataan. Tak disangka tak dinyana anakku mengajakku berlibur ke pulau Lombok beberapa pekan yang lalu. "Hadiah Hari Ibu buat Mama," katanya. Senangnya hati ini menerima hadiah yang aku impikan.

Jangan heran kenapa postingan ini terlambat aku buat. Well, semua alasannya aku simpan sendiri aja, ya?
.


My arrival in Lombok

Ini kali pertama aku berlibur ke pulau Lombok. Perjalanan panjang dari bandara  menuju hotel cukup panjang untuk berbincang dengan  Pak Supir yang ramah. Beliau menawarkan rental car untuk keesokan harinya berkeliling Nusa Teggara Barat, dengan dipandu olehnya untuk  mengunjungi tempat-tempat yang indah dan unik, antara lain Pantai Senggigi, Bukit Seger dan Pantai Seger Lombok (katanya pengucapan Seger seperti kita melafalkan kata "sehat"), monumen yang berkaitan dengan kisah Puteri Mandalika, bukit-bukit indah di seputar Tanjung An -- bukit bukit yang tak begitu tinggi di Kuta, Lombok, dan menurut Pak supir banyak lagi tempat wisata yang indah di Lombok. Wah, wah, wah, maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Waktu libur anak dan cucuku hanya 4 hari. Mungkinkah semua keindahan spot itu bisa kami kunjungi?



Pantai Senggigi

Setelah beristirahat sejenak untuk meluruskgan otot-otot yang selama hampir dua jam duduk di pesawat, kami pun siap akan mulai memanjakan mata berkeliling Nusa Tenggara Barat. Kebetulan ada Taksi di depan Santika Hotel. Mujuuur...Kami pun meluncuuur...Sepanjang perjalanan, Pantai Senggigi sudah menampakkan keindahannya. Rintik gerimis tipis memberikan kesempatan padaku untuk minta Pak Supir meminggirkan taksinya -- ada tempat berteduh dengan pemandangan yang indah dan tak boleh kulewatkan -- anakku tanpa diminta menyiapkan handphone untuk membidikku. Lihatlah, betapa cantiknya hasil jepretannya. Aku kelihatan cantik, hehe...dengan background pemandangan laut yang indah pula.

Foto: dokpri

Selepas gerimis kami pun melanjutkan perjalanan. Pantai Senggigi telah menanti. Anak dan cucuku sudah tak sabar  ingin berenang dan berdayung sampan. Kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka, bergantian mereka mendayung. Aku? Hehe...tentu saja sibuk ceklat-ceklek pemandangan indah dengan Lenovo-ku. Lumayanlah untuk kenang-kenangan. Cucuku masih asyik berenang, kemudian snorkling ditemani seorang guide yang merangkap sebagai finger painter. Aku duduk di bawah tenda sewaan dengan sehelai tikar ayaman warna-warni yang bersih.

Tiba waktu santap siang., pandang kutebar keliling -- tak satu pun resto yang aku lihat dekat tempat kami berteduh dari panas yang mulai menyengat kulit. Tak apa, santap tanpa table manner, hehe... Saat dinner pasti kami akan menikmati hidangan dengan table manner di Hotel Santika. Namanya juga santai di pantai dan kami bukan customer dari Vila Kila, jadi menikmati hidangan sambil memandang laut lepas sudah sangat cukup memuaskan hati kami.

Cucuku, Ayman mendayung sendiri. (dokpri)
Haha...aku menamakannya sebagai liburan sederhana dan murah, lesehan dengan santai menikmati sate bulayak. Tak lupa tentunya degan (air kelapa muda) yang segar dan manis menemani santap siang kami.

Kalau saja kami bisa afford, pastilah  kami akan berrmalam di Villa Kila. Kenapa? Karena dari kejauhan yang terlihat adalah jajaran kursi-kursi yang disediakan untuk tamu-tamu yang stay di Villa Kila. Suatu saat andai budget kami tambah menggelontor, bermalam di Villa Kila merupakan sebuah dambaan, sehingga tidak sulit mencari tempat untuk makan siang. Semoga Allah mendengar do'aku. Aaamiin.

Entrance Vila Kila yang sangat menarik, apalagi Vilanya --  pastinya. (dokpri)

Tapi coba teruskan membaca apa yang membuat kami puas dengan keadaan kami yang sekarang, berlibur murah meriah, hehe... Seorang wanita setengah baya menghampiri kami dan menawarkan menu Sate Bulayak. Wah, nama yang aneh ditelinga. Ketika aku menanyakan apakah itu sate ayam, ia mengangguk. Lega rasanya, karena cucu sangat menyukai sate ayam. Cuma yang mengherankan ketika aku tanyakan di mana restorannya, dengan senyum ia menjawab: "Pesanan akan saya antar sendiri, menu sate dan lontong," jawabnya dengan ramah.


Tak lama dengan menjunjung sebuah nampan ia kembali dengan membawa pesanan kami. Semula aku hanya memesan satu lontong saja, tapi ia mengatakan satu porsi biasanya 5 lontong. Untung saja aku tidak menolak ketika ia memberitahukan satu porsi 10 tusuk sate ayam dan 5 lontong, ternyata bentuk lontongnya mungil-mungil dan aku menghabiskannya dalam beberapa menit. Bumbu satenya? Alamaaa...nikmat sekali, khusus terasa nikmatnya menyentuh lidahku. Sangat spesial dan ini akan membuat aku kangen dengan rasa nikmatnya -- tidak terlalu terasa bumbu kacangnya, tapi, aduhai, entah bumbu apa yang diramu. Pokoknya sangat nikmat, hingga tandas aku lahap, licin piringnya, hihihi.....#jadimalu. Karena asyiknya menyantap sate bulayak + lontong aku jadi lupa membidik foto sate bulayak plus lontongnya untuk postingan ini. Googling aja deh ya bagaiman bentuknya Sate Bulayak dan lontongnya. Yang penting lontongnya itu mirip dengan lepat dari Betawi karena lontong itu dibalut dengan daun kelapa seperti layaknya LEPAT. Sate bulayaknya tak ubah sate ayam dari Jakarta, hanya bumbunya yang khas, lezat sangat.



Kisah Legenda Puteri Mandalika

Akan kutuliskan di sini kisah legenda tentang puteri Mandalika yang diceritakan oleh Pak Supir selama perjalanan dari Bandara menuju hotel. Konon, pada jaman dahulu kala ada seorang puteri sebuah kerajaan yang diperebutkan oleh beberapa kerajaan yang memiliki Pangeran-Pangeran yang sama-sama berminat pada Puteri Mandalika.. Beberapa kerajaan bersedia untuk saling berperang -- Pemenang dalam perang tersebutlah yang bisa mempersunting Puteri Mandalika. Puteri Mandalika yang terkenal cantik, santun, dan menyayangi rakyatnya sangat gundah dengan keadaan ini. Ia pun berisiatif mengundang para Pangeran ke tepi Pantai untuk mendengarkan keputusan Sang Puteri. Sebuah rencana matang yang akan diambil oleh Puteri, menurutnya yang kan membuat setiap orang bisa bahagia, puas dan sejahtera. Namun, apa yang terjadi sangatlah mengejutkan para Pangeran. Sesampainya di Pantai, setelah Sang Puteri mengucapkan kata-kata tersebut, tiba-tiba ia terjun dari ketinggian batu karang dalam sekejab hilang ditelan gelombang laut. Namun seketika bermunculanlah "cacing laut" dengan warna yang beraneka seiring menghilangnya Puteri Mandalika. Sebuah monumen tentang legenda ini dibangun di pantai Seger yang berpasir putih. Ketika aku datang air laut sedang surut di wilayah itu, sehingga yang nampak hanya pasir dan bebatuan saja. 

Monumen Puteri Nyale (dokpri)
Cacing laut ini di Lombok disebut NYALE atau NYALI sangat dipercaya sebagai jelmaan Puteri Mandalika. Kemunculan nyale ini hanya satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Pebruari atau Maret. Sebuah upacara selalu digelar pada bulan ini untuk merayakan munculnya Bau Nyali (Cacing Laut). Siapa pun boleh menangguk cacing laut yang berwarna warni ini. Ya, betul sekali, karena banyaknya, tak perlu lagi dipancing, tapi hanya disauk (diambil menggunakan telapak tangan) dengan mudah. Ternyata kata-kata Puteri Mandalika menjadi kenyataan, keadaan munculnya Bau Nyali yang hanya sekali dalam setahun memang ternyata memberikan kesejahteraan bagi rakyat yang ikut merayakannya. Mereka mengambil nyali sesuka mereka, baik untuk di konsumsi sendiri atau untuk dijual. Penduduk dari segala penjuru Lombok akan berdatangan untuk ikut serta merayakan upacara Bau Nyale ini, sehingga tempat pun dibuat menjadi sebuah lahan wisata yang indah dan menarik dengan bukit-bukit menghijau.
  

Batu Payung


Pak Supir memandu kami untuk naik perahu bila kami ingin melihat dari dekat Batu Payung. Dari Tanjung An kami menyewa perahu dengan tarip p.p. 250 ribu rupiah p.p. Walaupun aku takut sekali naik perahu, tapi karena penasaran ingin narsis dengan background Batu Payung, dikuat-kuatkan jugalah hati ini. Perjalanan yang hanya 15 menit terasa lama sekali sampainya, hehe...

Batu Payung, sebuah karang super besar yang memiliki leher seperti layaknya tangkai payung, dan bentuk bagian atasnya menurutku mirip kepala manusia. Coba saja diperhatikan fotoku yang dibidik oleh fotografer amatiran, yang kataya walaupun aku berdiri dalam jarak agak jauh dari Batu Payung, hasilnya akan seperti aku sedang menyentuhnya, atau pun tengah mendorong batu payung tersebut. Adalagi yang membuat pesona tersendiri, aku diminta oleh sang fotografer amatir ini untuk minum degan (air kelapa) dengan menggunakan dua sedotan -- satu untukku dan satu lagi untuk Sang Batu Payung. Daaan...hasilnya seperti aku sedang menyerusup degan dari satu kelapa bersama Sang Batu Payung. Bukan main!

Lihat! Aku seperti sedang menyentuh batu payung ini. (dokpri)
Seperti yang dikatakan oleh fotografer, fotoku seolah sedang nyerusup degan (air kelapa) bareng Sang Batu Payung, benar-benar terlihat seolah aku sedang minum bareng, hehe....

Lho? Koq aku lebih tinggi dari sebenarnya, hehe... (dokpri)
 
Merasakan sensasinya berpakaian tradisional Lombok, aku, anak, cucu (dokpri)



Last but not least -- the beauty of blogging

 Aku pinjam istilah dari Om Trainer ah, a.k.a. NhHer yang seringkali ia tuliskan kala blogger saling bertemu: the beauty of blogging. Yups, the beauty of blogging is there -- salah seorang teman bloggerku ternyata ada yang tinggal di Mataram, Lombok. Begitu manisnya ia dan puterinya datang ke hotel Santika -- sempat foto bareng anak dan cucuku. Keesokan harinya kami janjian lagi untuk makan siang di sebuah Mall. Dan seperti ketika ia datang ke hotel, begitu juga ke Mall, Andy is a punctual young mom -- rupanya ia paling tak suka membiarkan seseorang menunggu hehe...

Lobby Santika Hotel (dokpri)


The Beauty of Blogging Me n Andy dokpri)




Bye--bye---Lombok...see you again next year, perhaps.


Me n my daughter on the way to SUTA International Airport (dokpri)


Pamulang, 6 Januari 2017




















Comments

  1. Seru y bunda :) semoga sehat2 selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru emang karena bersama anak cucu, hehe...tapi lebih seru lagi tuh yang jalan-jalan ke KL. Hasyiiiknya. Makasih kunjungan herva yulyanti ke blog bunda.

      Delete
  2. Bundaaa..i could feel your happiness just by reading this story..

    Masya Allah..bahagianya bundaaa.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yesm indeed, Arinta Adiningtyas. Thank you for your visiting my blog and reaad my post.

      Delete
  3. Bunda...ayo datang lagi ke Lombok kapan-kapan. Kita main-main ke Kila Senggigi Beach. Heheheheh..

    BTW, gak ah Bunda..malah saya yang sering bikin orang nunggu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eeeh, dipuji koq emoh toh, ya telat-telat beberapa menit mah bukan telat namanya, sayang. Makasih kunjungaan Andy ke blog bunda.

      Delete
  4. Bunda, keren bangetlah photo minum kelapanya dengan batu itu., kayak benaran gitu!Salam kenal Bunda, Aku Yelli, blogger asal ACEH

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senengnya ada yang mau berteman sama bunda nih. Terima kasih, Yelly Sustarina. Perkenalan diterim dengan hati gembira. Iya, itu lho fotografernya amatiran lho. Makasih kunjungan perdana Yelly ke blot bunda, hehe...

      Delete
  5. Waaaahh bahagianya Buna Yati, jd kangen ibuku. Besok telp ah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya,ampuun, April...cepetan telpon skrng juga jngn tunggu² seneng tauk seorang ibu biar cuman ditellon doank. Mksh kunjungan April ke blog bunda.

      Delete
  6. waha syiknay ya bisa berlibur dg anak dan cucu teruatam cucu. wah aku sih belum petnah berlibu sama cucu, belum punya sih, kebayang ya asyiknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akan tiba saatnya, Tira sayaaang.Mksh kunjungan Tira ke blog bunda.

      Delete
  7. bunda segarnya jalan-jalan ke Lombok
    bisa semapat kopdar pula dengan mama Rani ya
    alhamdulillah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Monda, alhamdulillah Andy berkenan ketemuan sama bunda. Terima kasih kunjungan Mbak Monda ke blog bunda.

      Delete
  8. Waaaah asyik banget bunda perjalanannya :) semoga berkah dan sehat selalu ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasih do'a Zahrah Nida untuk bunda, makasih juga kunjungannya ke blog bunda.

      Delete
  9. Bunda Yati bikin saya kepengen ke LOmbok juga. Oiya, kalau cacing Nyale itu ada olahan makanannya juga nggak Bun? gurih kayaknya hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayu atuh ke Lombok, bunda juga kalo hepengnya memungkinkan masih pengen ke Lombok. Menurut cerita driver yang jadi guide kami katanya Bau Nyale (Cacing Laut) itu memang dikonsumsi masyarakat setempat juga orang-orang sekitar yang berdatangan, berlomba-lomba menanggung Nyale, karena katanya per-kg bisa dijual 85ribu. Makasih kunjungan Arin ke blog bunda.

      Delete
  10. Bundaaa tanggungjawab, aku jadi kepengen ke Lombok nih bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe...bereslah, Damei, nanti bunda temenin kalo mau kee Lombok, hehehe... Lombok itu memang indah walaupun belum dikelola seperti Bali. Makasih kunjungan Damei ke blog bunda.

      Delete
  11. Alhamdulillaaahh seneng banget baca ceritanya bunda. Lombok emang cantik ya bun. Aku baru sekali kesana. Dan ketagihan.
    Itu cacingnya dimakan? Hiiiii apa rasanya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, bunda kalah cepet nih sama Wian. Beneran emang bikin kita penasaran pengen balik lagi. Iya, Wian, katanya itu diolah jadi santapan yaang lezat. Warna-warni lho, gak cuma sewarna doank. Makasih ya kunjungan Wian ke blog bunda.

      Delete
  12. Aaaah senangnyaaa bundaaa.. bisa liburaaan sama keluarga besar dan ke Lombok lagi. Enjoooy

    ReplyDelete
  13. Eh ketemu sama andi, duch jadi kangen lombok nich.Kangen sate rembige ama ayam rarang nya hahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu