Posts

SEBUAH PINTA

"Apa yang akan mama lakukan?", sebuah suara lembut menerpa telingaku diiringi usapan di punggungku penuh kasih sayang. Nindia, putri bungsuku selalu mendamaikan perasaanku setiap kali bergejolak karena ulah Ario. Kugenggam tangan Nindia. Malam ini aku sangat kecewa. Ingin aku menangis tetapi air mata ini tidak lagi mau mengalir. Leherku serasa tercekik. Aku pasrah pada apa yang akan terjadi. Kepasrahan yang aku serahkan kepadaNya dengan doa. Aku tebar pandang keliling kamarku. Sebuah potret lelaki gagah berwibawa dengan senyum amat menawan menahan pandangku disana. Nindia mengikuti arah pandangku.

No shower, tetap seger............

Image
Aku masih ingin berbagi kisah lama untuk mengisi postinganku, hehehehe..... Dan masih diseputar pengalamanku ketika ditugaskan oleh kantorku ke Hanoi, Vietnam. Kalo gak karena dikirim oleh kantor pastilah aku gak pernah ngalamin tuh yang namanya terbang diawan alias naik kapal terbang.

Resep favorit keluargaku.

Image
Pagi ini ketika alarm hpq berbunyi jam 04.00 cepet-cepet aku bangun -- pasphoto dulu deh (mandinya ntar aja siangan dikit, hehehehe....).

PENGALAMAN YANG BERHARGA

Image
Hehehehehe.....dari pada gak bikin postingan, mending aku share aja nih pengalaman aku ketika hidup dinegeri orang. Jelasnya pada tahun 1983 ketika itu umurku masih muda-an (banyak) coz aku masih berumur 44 (baca: empat puluh empat -- kalo gak salah itung ya, hehehehe.....).

Mereka Selalu Ada Untukku

Image
Ada saat-saat dimana orang tua merasa kehilangan kasih sayang, merasakan tidak adanya perhatian yang ia butuhkan . Ketika anak-anak tercinta beranjak dewasa, memiliki kehidupan yang beragam serta bergelut dengan kesibukan yang ber-beda-beda. Ketika itulah seorang ibu terkadang dikuasai oleh suatu perasaan aneh yaitu rasa cemburu kasih. Manakala usia renta telah menerpa dan rasa ditinggalkan semakin menghunjam dada Sebuah tanya membelenggu dengan ketatnya dihati tua ini yang telah rapuh oleh usia dimanakah mereka? kemanakah mereka? Semakin kuat tanya itu melekat Semakin tidak kutemui sebuah jawab dan aku termangu penuh harap Ketika aku terbaring, terkapar tak berdaya Ketika kaki-kaki yang dulu kuat ini tak kuasa bergerak Ketika lengan-lengan yang terampil ini lemah terkulai Mereka berkumpul berurai air mata Mereka berlomba menopang tubuh ringkih ini Mereka berebut memeluk dan mencium tanpa henti dengan derai bening dipipi mereka dengan siratan pandang penuh ketulusan dan kasih sayan