Posts

Seruuu....Granny versus Grandsonny

Image
Sejak tanggal 7 Agustus aku berada di Bekasi Timur, bermalam dirumah salah seorang anak perempuanku yang baru saja menjalani operasi. Aku kembali kerumahku pada hari Rabu, 10 Agustus. Selama waktu tsb. aku tidak pernah ber-fesbuk-ria. Bukan karena gak ada komputer dirumahnya tapi aku tau diri lah. Masa sih ketika anakku berada dirumah sakit aku tetap mikirin tentang ngenet. Hiii....tega-teganya aku sebagai seorang ibu. Iya kan? Tapi ketika anakku telah kembali kerumah, walaupun masih harus banyak istirahat, nah barulah aku berani kutak-katik komputernya, kangeeen banget. Ketika bermalam dirumah anakku ini ada suatu kenangan yang manis dan teramat manis. Sudah puluhan tahun aku gak pernah serius nonton sepak bola. Ya, aku ingat terakhir aku nonton bola dengan sangat, sangat, sangat serius ya ketika aku kencan sama my first boy friend , bayangain ketika tahun 1958. Ya ampuuunnn. ...53 tahun yang lalu ( pastinya nih ya para blogger yang baca postinganku, kalau ada, masih beru

Harry Potter and the Deathly Hallows

Malam ini aku terpaksa absen untuk sholat tarawih. Aku katakan "terpaksa" karena memang aku menemani anak-anak dan cucu-cucu nonton film yang lagi dihebohkan akhir-akhir ini yaitu Harry Potter and the Deathly Hallows. Mudah2an Allah mengampuni aku karena meninggalkan sholat tarawih malam ini. Tapi menemani anak-anak dan cucu-cucu juga kan suatu amal juga dan amal itu ada pahalanya. Mudah2an jalan pikiranku benar adanya. Wallaahualam. Hal ini memang diluar rencaha. Tiba-tiba saja anakku mengajakku untuk ikut serta menemani mereka. (emang maunya kali aku nonton Harry Potter yang bikin heboh itu, hehehehe.....). Kami berangkat jam 19.30 sedangkan film dimulai jam 20.00. Wah ada ide nih buat bikin postingan. Sesampainya dirumah pukul 22.45 langsung aku ceklek komputer dan klik ke blogger.com. Aku sendiri gak tau tuh mau nulis apa. Ya yang penting jadi sebuah artikel. Seperti kata Bang Aswi kan kalau mau menulis ya nulis, apapun ide yang ada di kepala, luncurkan (peluru kendali k

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Image
Selama ini kan teman-teman facebook and juga para blogger pasti deh bingung kenapa sih aku ini mendapat predikat panggilan sebagai bunda. Secara umum dalam bahasa Indonesia yang baku bunda kan artinya ibu. Lho? Koq? Aku dipanggil ibu oleh semua yang kenal aku, termasuk tetangga-tetangga dilingkungkungan RT tempat tinggalku ataupun tetangga-tetangga ditempat tinggal anakku. Memang aku akhirnya 90% jadi salah satu penghuni di lingkungan RT ditempat tinggal anakku yaitu Green Bintaro Residence. Para ojeckers (yang udah kenal tentunya) pun memanggilku dengan sebutan bunda. Sebenarnya ada cerita yang khusus kenapa akhirnya semua yang kenal denganku mengenalku dengan sebutan bunda , sampai-sampai Pak RT dilingkungan pun terkadang memanggilku dengan sebutan tsb. Hampir rata-rata keponakanku yang perempuan yang sudah memiliki anak latah memanggilku dengan sebutan bunda juga. Mereka tidak memanggilku dengan sebutan "Uning" seperti biasanya. Nah repotnya kalau kami sedang mengadaka

Ibuku Hebat Ibuku Sayang Yang Cinta Indonesia

Image
Merdeka! Sekali Merdeka tetap Merdeka! Menurut cerita nenekku Belanda pernah menjadi penguasa negeri kita ini. Dari sinilah ceritaku akan berawal. Ketika aya h dan ibuku dipisahkan oleh keadaa n. Tinggallah aku hanya deng an ibu, nenek, kakek dan seorang kakak perempuanku. Sedangkan tiga kakakku yang lain ikut bersama ayahku. Kakek yang menafkahi hidup kami dari penghasilannya sebagai "kuli gerobak". Tapi begitu sayangnya beliau padaku. (aku adalah cucu kesayangan beliau). Beliau tak pernah lupa membelikan aku kue yang paling aku suka yaitu "kue pancong" dari penghasilannya yang tiada seberapa itu. Walau dalam keadaan serba kekurangan dan serba susah, kebersamaan telah membua t hidup kami terasa damai. Aku dan kakakku bersama ibu, nenek dan kakek. Sedangkan ketiga kakakku bersama ayahku. Tragedi itu mulai menjalari kehidupan kami ketika terbetik kabar melalui siaran Radio Republi k Indonesia bahwa ayahku yang kebetulan memang seorang wartawan hidup dalam sebuah