Posts

Terbanglah Bersama KEB.

Image
Sengaja judul Terbanglah Bersama KEB   aku pilih. Kenapa?  Karena aku pribadi, sejak menjadi member   grup yang bernama Kumpulan Emak2 Blogger, dengan singkatan populernya KEB, yang menancapkan sebuah motto keren "Kami Ada untuk Berbagi," tidak lagi duduk manis sebagai seorang tua renta, pensiunan, namun semangatku terbakar juga untuk turut ambil bagian dalam kegiatan offline .  Serasa hidup ini jadi berwarna.

Sense of Belonging.

Image
Source: ericajames.co.uk Alhamdulillah, pagi ini aku dapat menangkap sebuah ide. Kata Pembimbing-ku tak langsung, Pakde Cholik , dalam melahirkan sebuah postingan, kita harus bisa menangkap ide yang pating sliwer . Nah, .ini dia ide-ku pagi ini -- tentang Sense of Belonging . Maaf, bukan  aku sok-sok-an pake bahasa Inggris, tapi justru kata dalam bahasa Inggris itulah yang akan dibahas. Jujur saja, bahasa Inggris-ku masih blepotan . Tapi karena ini memang inti permasalahan yang akan aku angkat sebagai postingan, ya, haruslah pake bahasa Inggris pula judulnya, hehe... Oops , aku harus mengucapkan terimakasih kepada Mbak Diadjeng Laraswati H , yang telah, dengan tak sengaja, menjatuhkan sebuah ide, langsung saja ide itu aku pungut dan aku jadikan judul postinganku. Aku serasa menjadi seorang guru yang beruntung karena mendapat pertanyaan dari seseorang yang smart and brilliant : "Maksudnya sense of belonging itu, gimana ya, Mak?"

Meet & Greet KEB dan Tim Indonesiana.

Image
Baru-baru ini, Sabtu, 26 April 2014, aku hadir di acara undangan -- Meet and Greet KEB dan Tim Indonesiana, Tempo Inti Media, di Gedung Kebayoran Center No. 11A-15A, pukul 14.00 - 17.00 -- merupakan sebuah refreshment yang semakin membuat aku terbantu untuk tidak mengalami apa yang dinamakan pikun dini, hehe.. Sudah lama aku tidak sempat menghadiri acara-acara KEB yang diadakan secara offline.   Mak Sri Giarti: Pinjem ya fotonya. Foto yang dijepret si Kaka cuman sepotong, Gpp ya. Tq Awas ya Goodybag-nya ketinggalan, hehe...

Home Sweet Home

Image
Di pintu rumahku tergantung sebuah hiasan bertuliskan: " Home Sweet Home ". Waktu itu, ketika aku pulang melangkahkan kaki di rumahku sendiri, hati ini seperti mendapat pecutan yang teramat membekas. Perih. Berkelebat dalam pikiran, lebih baik aku tinggalkan saja rumah ini. Langkahku memasuki rumah ini pun tidak akan mampu menghilangkah kesedihan yang selalu saja bertengger di hati ini. Di setiap sudut rumah ini aku akan melihatnya. Aku akan mengingatnya. Dan aku akan membayangkan, betapa mimik wajah jahilnya menggodaku. Bahkan di setiap akhir sujud dalam sholat, ketika mengirimkan do'a untuknya, masih saja kelopak mata tua ini dipenuhi oleh cairan bening, yang akan terus menggelinding melalui pipiku yang telah kisut. Ah, kenapa ini harus terjadi? Aku tahu, tidak ada seorang ibu, di belahan dunia mana pun yang akan siap menerima kehilangan seorang anak, buah hatinya, pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

GIVEAWAY, Berkat Mendongeng Lahirlah Sebuah Antologi.

Image
Sejak kecil aku sudah tidak lagi merasakan belai kasih seorang ibu. Belaian lembut yang aku rasakan hanya dari seorang Nenek yang sangat mengasihi aku dan kakakku. Kami tinggal bertiga, jauh dari ayah serta kakak-kakak yang lain. Terus terang, kehadiran ibu yang digantikan oleh seorang nenek sejak aku berusia balita, tentu saja mencuatkan rasa rindu akan nyanyian pengantar tidur untuk menina-bobokkan aku agar mata cepat terkatup dan terlelap.  Namun, aku sama sekali tidak pernah menyesali sikap nenek yang tidak pernah mau menina-bobokkan aku dengan nyanyian lembutnya. Aku merasa puas dengan mendengarkan nenek membacakan ayat-ayat pendek dari Al Qur'an baris demi baris, hingga aku mampu menghafalnya dalam waktu yang pendek. Subhaanallah, nenekku ternyata tidak kehilangan akal. Beliau tidak bisa bernyanyi, tapi beliau sangat arif dengan sabar membacakan ayat-ayat pendek itu untuk aku ikuti, hingga aku terlelap. Nenekku keren ya?