Home Sweet Home
Di pintu rumahku tergantung sebuah hiasan bertuliskan: " Home Sweet Home ". Waktu itu, ketika aku pulang melangkahkan kaki di rumahku sendiri, hati ini seperti mendapat pecutan yang teramat membekas. Perih. Berkelebat dalam pikiran, lebih baik aku tinggalkan saja rumah ini. Langkahku memasuki rumah ini pun tidak akan mampu menghilangkah kesedihan yang selalu saja bertengger di hati ini. Di setiap sudut rumah ini aku akan melihatnya. Aku akan mengingatnya. Dan aku akan membayangkan, betapa mimik wajah jahilnya menggodaku. Bahkan di setiap akhir sujud dalam sholat, ketika mengirimkan do'a untuknya, masih saja kelopak mata tua ini dipenuhi oleh cairan bening, yang akan terus menggelinding melalui pipiku yang telah kisut. Ah, kenapa ini harus terjadi? Aku tahu, tidak ada seorang ibu, di belahan dunia mana pun yang akan siap menerima kehilangan seorang anak, buah hatinya, pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.