25 JANUARI

“Tanggal 25 Januari jam 09.00 aku minta kau sisihkan waktu untukku. Kita harus menghadiri acara penting. Aku tidak mau mereka tahu ada keretakan diantara kita.” Suara suamiku tegas menyentuh telingaku. “Harus? Bagaimana kalau aku tidak bisa. Bukan tidak mau. Seorang karibku, Sinta, akan datang dari Jepara. Dia tidak kenal Jakarta dan tidak punya siapa-siapa, kecuali aku. Urusan Sinta lebih penting, ketimbang urusan acara gelar doktor, kerabatmu, Mas! Ini adalah masa depan Sinta. Panggilan kerja hari ini, 25 Januari , dari sebuah perusahaan besar yang sudah lama jadi incarannya. Aku harus menemaninya. Ma’af, Mas, aku tidak bisa ikut.” tandasku. Namun kebimbangan singgah dalam pikiranku. Sorot mata itu, kenapa begitu lembut, tidak seperti ketegasan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku tidak mampu menduga ada apa di balik sorot lembut mata hitamnya. Setahun sudah, hubungan kami memang kurang harmonis. Diam-diam aku jatuh hati pa...