MAINAN MURAH MERIAH.
Main dampu/demprak yang gaya gerak. |
Haruskah kemudian aku menyamakan kehidupanku masa lalu dengan masa kini? Keinginanku untuk memiliki mainan sebuah boneka yang tak pernah terpenuhi haruskah aku wariskan kepada anak-anakku? Keinginan memiliki mainan yang tak pernah kureguk ketika aku kecil,haruskah kuwariskan kepada anak-anakku, bahkan cucu-cucuku? Tentu tidak. Aku akan mewariskan keceriaan untuk mereka dengan caraku. Apalagi bagiku mainan itu tidak melulu harus berupa benda, tapi bisa juga mainan dengan gerak dan aktivitas yang menggembirakan, misalnya petak umpet, tok-kadal, lompat-tali dan banyak lagi ragamnya.
Ini permainan tok-kadal. Murah meriah. Oops, yang pasti itu bukan kaki aku lho, hahahahaha........ |
Ketika aku telah berkeluarga Allah meng-anugerahkan aku dan suami mainan-mainan yang membuat hidup ini terasa lengkap. Anak-anakku sayang belahan jiwaku. Kebahagiaan yang tidak terperikan dengan lahirnya anak-anak kami memenuhi hidup kami. Mereka adalah mainan yang paling berharga. Ketika mereka merengek meminta mainan, aku tak pernah membiasakan untuk membelikan mainan yang mahal untuk mereka. Aku biasanya membelikan mainan dalam bentuk yang aku pun bisa ikut terlibat bermain bersama mereka, seperti dakon (congklak), bola+bekel, dan dua potong kayu (satu panjangnya kira-kira sejengkal dan satu lagi panjangnya sekitar tiga kali kayu pertama). Permainan ini disebut tok-kadal. Kemudian mainan dengan tali. Akupun bisa terlibat untuk memegang salah satu ujungnya. Ah, bahagianya. Kecuali untuk anakku yang laki-laki pastinya mobil-mobilan atau sejenisnya yang murah meriah.
Anak-anakku se-usia mereka (8 th.) dan usiaku 43. Tak jarang akupun terlibat permainan ini, walaupun hanya sebagai pemegang tali di salah satu ujungnya............indahnya kebersamaan. |
Aku ingat benar ketika rumahku direnovasi, anak-anakku masih dibawah usia 12 tahun. Sebagai ibu rumah tangga sekaligus pegawai kantoran aku pun harus bisa menjadi ibu sekaligus teman bagi mereka. Suatu ketika kami berkumpul membentuk lingkaran. Ya, kami bermain bekel, atau bermain congklak secara bergantian.
"Wah, ibu ni bener-bener ibu teladan deh, capek-capek pulang kantor masih nyempetin main sama anak-anak", si tukang berkomentar tanpa diminta yang membuat hatiku bangga.
Itulah kehidupanku. Hanya kasih sayang yang bisa aku berikan dan berusaha semaksimal mungkin bersama mereka dengan mainan yang mereka sukai.
Ber-empat kami selalu bermain bekel (bola bekel). Derai gelak tawa menambah kebahagiaan, walau itu disebabkan karena ada main curang, hehehehehe...... |
Kini anak-anakku telah berkeluarga dan aku memiliki cucu-cucu yang sehat dan pintar dari mereka. Kini, segala bentuk mainan amat mudah di dapat dan harganya pun bervariasi, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Cucu-cucuku akan dengan mudah memiliki mainan apa pun yang mereka inginkan. Tapi tetap harga yang menjadi patokan utama. Anakku tidak akan membelikan mereka mainan yang mahal. Sebuah holahop, lingkaran yang terbuat dari rotan pun digemari oleh cucuku. Namun sebagai hadiah prestasi belajar cucu-cucuku pasti akan bisa meminta mainan apa yang mereka inginkan, dengan syarat setelah dimiliki mereka harus bisa memelihara dengan baik mainan yang mereka miliki.
Cucuku beraksi dengan sebuah holahop; kegigihannya mulai dari gak bisa
sampai menguasai holahop patut mendapat acungan jempol.
“Artikel ini diikutsertakan padaMainan Bocah Contest di Surau Inyiak”.
Sumber gambar-gambar: Google & koleksi pribadi.
Bundaa..cucunya jago banget main hulahup,pake loncat2 lagi gaya bangget,keren abis..!!
BalasHapussalam buat cucunya..
Bunda emang Bunda Idaman ya,meski bekerja di kantoran,teuteup sellau memberikan waktu dan kasih sayang pada anak2nya..
Semoga bahagia selalu Bundaku..
Sukses ya ngontesnya..
yang di gambar pertama itu dulu waktu aku kecil masih maen tuh.. sunda manda namanya kalau di desaku
BalasHapusyang di gambar pertama itu dulu waktu aku kecil masih maen tuh.. sunda manda namanya kalau di desaku
BalasHapusNchie, alhamdulillah bunda bisa menjaga apa yang dianugerahkan Allah untuk bunda. Dengan begitu kan bunda juga ikutan aktif terus, hehehehe.....Makasih do'anya dan kunjungan serta komentarnya, Nchie.
BalasHapusHehehehe.....atuh bunda juga suka atuh maen yang seperti itu. Namanya Sunday Monday kallleeee..... Choirul, makasih kunjungan dan komentarnya.
BalasHapusWow, semua tak bisa menggantikan yg namanya kebersamaan ya bund :)
BalasHapusTok-kadal kalau di kampung saya disebut sebagai "patok lelek", gak tahu mengapa dinamakan demikian.. :)
BalasHapusCucunya pintar sekali main holahop, bunda.. keren..
Terima kasih sudah mengirimkan artikel ini bunda..
Saya sudah catat sebagai salah satu peserta dalam MAINAN BOCAH CONTEST
namanya tok - kadal ya Bun.. kalau disini saya menyeutnya patek lele. cuma kayunya tuh diletakin di tanah..
BalasHapusSukses dengan kontesnya Bunda
kalo ditempat ku dampu/demprak nyebutnya gacukan atau Ingkling bun...dulu saya juga sering main kayak gini.yang paling aku kangenin dari permainan tempo doeloe itu ya kebersamaannya
BalasHapusTarry kittyHolic, 'tul sekali. Kebersamaan itu hampir segala-galanya. Makasih kunjungan dan komentarnya, Tarry.
BalasHapusMakasih kunjungannya, Vizon. Alhamdulillah, cucu bunda memang alun baranti koq nyo alun dape' maen holahop ko, hehehehe..... Lain daerah lain pula namanya ya.
BalasHapusLozz, hampir sama donk sama di kampungnya Uda Vizon namanya beda-beda dikit, patok lelek, tapi di Jember patek lele. Ni, ditarok ditanah itu kan kalo udah mencapai hitungan seperti perjanjian sebelum main, misalnya 200xhitungan kayu kecilnya. Nah baru deh dikorek-korek tanahnya dikit, ditarok tuh kayu yang kecil, dipatok sama kayu yang panjang, terus melambung keatas dan dihiiiiaaattt alias dihembat sama kayu panjangnya. Ngono lho. Hehehehe...jadi panjang critane. Makasih ya Lozz komentarnya.
BalasHapusriez, believe it or not (jiiaahhh...pake intilah saiyyens), bunda juga sekarang ini suka lho maen ingklik dibelakang rumah sama cucu yang maen holahop tuh. Makasih kunjungan n komentarnya ya.
BalasHapusAlhamdulillah, akhirnya saya pun selesai juga mengerjakan tulisan untuk kontes ini. Semoga ikhtiar ini bisa membuahkan hasil maksimal . Amin. Saling mendoakan, insha Allah.
BalasHapusOh ya, saya juga sedang mengadakan kontes menulis Endorsement for Abi Sabila. Mohon doanya, dan saya tunggu partisipasinya. Terima kasih.
Assalamu 'alaikum bunda ...
BalasHapusMaaf baru berkunjung balik. Di blog saya sepertinya nggak link ke sini. Jadi saya main ke sini dari kontesnya Surau Inyiak :)
Bunda, salah tulisa kali ya, di gambar permainan tali ditulis usia bunda 43 tahun? (itu hanya terpaut 6 tahun lho dari saya hehehe) ... tapi bunda sudah punya cucu?
Aih salah tulis kan? #penasaran dengan umur bunda yang masih semangat nge-blog#
Assalamu 'alaikum bunda ...
BalasHapusMaaf baru berkunjung balik. Di blog saya sepertinya nggak link ke sini. Jadi saya main ke sini dari kontesnya Surau Inyiak :)
Bunda, salah tulisa kali ya, di gambar permainan tali ditulis usia bunda 43 tahun? (itu hanya terpaut 6 tahun lho dari saya hehehe) ... tapi bunda sudah punya cucu?
Aih salah tulis kan? #penasaran dengan umur bunda yang masih semangat nge-blog#
Mugniar sayang, pasti bacanya sambil ngelamun nih, hehehehe.... 43 kan umur bunda waktu anak-anak bunda dan saat bunda suka ikutan main2 sama mereka ketika mereka umurnya 8 tahunan tuh. Sekarang mereka udah berumur 37 th. Yuuk kita matematika: (37-8)+43= umur bunda saat. Alhamdulillah stamina masih prima.
BalasHapusMakasih kunjungannya ya.
Bunda yang inspiratif, trimakasih ya telah memancarkan semangat tuk slalu berkarya. Salam.
BalasHapus..
BalasHapusmembaca postingan ini saya jadi tau betapa Ibu Yati perhatian dan menyayangi anak-anak..
video cucunya menggemaskan sekali..hehe
..
lucu videonya, pasti udah besar skrg ya bund cucunya :)
BalasHapus