Kasih Ibu Sedalam Lautan
Ibuku, Almarhumah, tercinta. |
Saat ini, usiaku telah merangkak ke awal senja menjelang
tengah malam. Bahkan, Insya Allah, siap menyongsong pagi atas kehendakNya. Menyaksikan dari waktu ke waktu
perkembangan empat orang permata hatiku dengan penuh rasa bersyukur. Mereka
tumbuh sehat jiwa dan raga mendapat siraman kasih sayangku. Allah
menganugerahkan mereka untuk membuat hidupku lebih lengkap. Dan aku sangat
mengerti, mereka hanyalah titipan Allah yang harus memperoleh perhatian, kasih sayang dan tanggung-jawab penuh untuk merawat dan membesarkan. Kini mereka telah menjadi Ibu yang memiliki kasih sayang yang tulus untuk anak-anak mereka. Cucu-cucuku.
Ketika kelahiran anak pertama, suamiku tidak
mendampingiku. Tugasnya sebagai pegawai dengan pergantian ‘shift’ menyebabkan suamiku tidak bisa melihat kehadiran buah cinta
kami ke dunia. Namun, sebuah kejutan pun datang ketika tiba-tiba suamiku muncul di ambang
pintu kamar bersalin, siap menggendong bayi kami dan mengumandangkan Adzan dengan khusuk di kedua
belah telinga anakku, seorang bayi laki-laki. Subhaanallah, bahagianya hati
ini. Begitu pun aku yakin sekali hati Ibuku akan sama bahagianya dengan
kebahagiaanku. Kasih pun tercurah seketika dan menutupi serta melebur segala rasa sakit yang dirasakan. Pastinya, Ibuku pun demikian ketika melihat kehadiranku ke dunia. Allah Maha Segalanya, memberikan rasa sakit dan senang serta bahagia untuk kaum perempuan tidak ada bedanya sedikit pun.
Kasih Ibu Sedalam Lautan. Tidak boleh diragukan lagi. Kasih yang tanpa pamrih. Cinta yang tak menghendaki balasan. Luhurnya kasih itu. Aku bangga telah memilikinya. Seperti juga yang dimiliki Ibuku.
Kasih Ibu Sedalam Lautan. (Kenanganku bersama Anakku ,Alm. tercinta)--Awal Jan.'14. |
Rasa sakit yang tak terkira ketika sang bayi saatnya
mengajak untuk melihat dunia. Segala rasa berbaur dalam diriku, mulas, sakit, pegal-pegal di seputar bagian belakang dan pinggul harus aku lawan untuk memperjuangkan bayiku lahir dengan selamat. Sama, pastinya yang dirasakan oleh Ibuku. Ketika itu tak ada
tersirat keinginan lain dalam benakku, selain keselamatan, kelengkapan, dan
kesehatan bayi yang telah aku lahirkan. Spontanitas, pertanyaan pertama yang
keluar dari mulutku dengan suara bergetar adalah:
“Dokter, lengkapkah anakku?” Ibu pun akan mengajukan
pertanyaan seperti itu dengan mata berbinar disertai butir-butir bening karena bahagia, namun masih ada kekhawatiran yang
tersembunyi sampai sebuah jawaban dari Dokter melegakan hati:
“Ya, Ibu dianugerahi seorang bayi mungil, perempuan, keseluruhan bagian tubuhnya lengkap.” Dan itu adalah, aku.
“Alhamdulillah. Allah Maha Besar dan Maha Kuasa.
Allah Maha Pemberi segala rasa untuk setiap umatNya.
Ketika anak lelakiku jatuh sakit, ingin rasanya aku
menggantikannya. Aku tidak menginginkan anakku sakit. Biarlah aku saja yang
mengalami segala derita sakitnya. Aku bangga pada diriku dan sebuah tekad tertancap
dalam dadaku – kalaupun Allah mengizinkan, biarkanlah aku saja yang menggantikan diri anakku. Sebuah kebesaran cinta yang pastinya dimiliki
Ibuku ketika menghadapi aku dalam keadaan sakit yang parah. Kesucian hati Ibu
dengan cintanya yang merebak ke seluruh pembuluh urat-urat nadinya yang terhalus, pastilah
sama dengan apa yang aku miliki. Cinta yang tak terukur dengan apa pun. Kasih
sayang seluas samudera yang aku anugerahkan kepada anak lelakiku, dan kepada anak-anakku yang lain, demikian juga
yang diberikan oleh Ibu untukku.
Last but not least: Masihkan anda memiliki Ibu? Percayakah Anda bahwa Kasih Ibu Sedalam Lautan? Kalau Anda percaya, maka berbuatlah semaksimal mungkin yang Anda bisa untuk menyenangkan hatinya, memberinya perhatian yang penuh ketika Ibu Anda masih mampu untuk menghirup udara segar milikNya, bahkan lebih lagi di usia senjanya. Karena penyesalan itu datangnya selalu di kemudian hari.
Last but not least: Masihkan anda memiliki Ibu? Percayakah Anda bahwa Kasih Ibu Sedalam Lautan? Kalau Anda percaya, maka berbuatlah semaksimal mungkin yang Anda bisa untuk menyenangkan hatinya, memberinya perhatian yang penuh ketika Ibu Anda masih mampu untuk menghirup udara segar milikNya, bahkan lebih lagi di usia senjanya. Karena penyesalan itu datangnya selalu di kemudian hari.
So, selagi Anda mampu dan Ibu Anda masih bersama Anda, lakukan yang terbaik untuk Ibu Anda. Insya Allah, keberkahan akan selalu tercurah untuk Anda dan keluarga. Believe It or Not. Rezeki yang tak terduga akan datang menyapa Anda dengan segala keberkahan yang melimpah. Rezeki itu tidak saja berupa benda atau harta kekayaan, tetapi kesuksesan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan Anda. Itu satu dia antara sekian banyak nikmat dan janji Allah. Aamiin.
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
BalasHapusSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
Sahabat tercinta,
BalasHapusSaya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.
Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk
1. Mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.
2. Memberikan ijin kepada saya untuk mengumpulkan artikel peserta dan menerbitkannya menjadi buku. Cek email dari saya tentang permintaan ijin ini dan silahkan dibalas.
3. Bergabung dengan Grup Penulis Naskah Buku Hati Ibu Seluas Samudera di Facebook. (https://www.facebook.com/groups/669571076492059/)
Terima kasih.
Alhamdulillah, Pakde Cholik, Bunda sangat merasa beruntung kalau naskah Bunda ini bisa disertakan dalam kumpulan tulisan yang akan diterbitkan. Oke, Pakde segera buka email. Makasih, Pakde.
BalasHapusaaahhh bunda bikin aq mewek hiks2.. cinta ibu dahsyat banget ya bun, apalgi bunda udah melewati bebrp tahapan itu.. allohu akbar
BalasHapusNamora Ritonga, makasih kunjungannya ke blog Bunda. Cup-cup-cup...sayangku. Namora masih memiliki Ibu? Kalau masih, nah, cintailah dan berbuatlah yang maksimal untuk Ibu Namora selagi beliau bisa menghirup udara segar. Aamiin.
Hapushuwa, terharu bun :(
BalasHapusItulah cerita yang menyangkut diri Bundamu, Dame. Cup3x jangan sampe keluar airmata (eh, airmata tuh dua kata apa satu kata ya?) *kepolagi
HapusBunda... peluuuk
BalasHapusImaa...peluk balik. Makasih kunjungan Ima ke blog Bunda, ya.
HapusSemua Ibu memiliki perasaan cinta yang seluas samudera, Bunda. It is hurt when you know your lovely son's sick, otherwise when he left you....
BalasHapusBig hugs...
Betul sekali, Tanti. Bunda menganggap anak Bd sedang pergi, jauh, jauuuh sekali. We'll be meeting each other again, one day. Thank you for being on my blog, Tanti.
HapusPukpuk Bunda, Bunda adalah ibu yang luar biasa, menurut saya :) tetap semangat Bun, semoga GA nya menang, apalagi mau dibukukan nih
BalasHapusIbu, I love U...
BalasHapusSalam kenal lagi
BalasHapusBunda hiks
So touching, Bunda
BalasHapusBersyukur masih punya 2 bidadari
Semoga bisa membahagiakan mereka
Salam hormat untuk Bunda Yati sekeluarga, tetap semangat, semoga selalu diberikan kesehatan.
BalasHapusSemoga Alhmarhumah diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.