The Miracle of Writing


Menyambangi sebuah pameran buku paling segar mataku dibuatnya, apalagi kalau sedang ada diskon buku-buku bagus, termasuk novel baik bahasa Indonesia atau pun bahasa Inggris. Tapi itu dulu, ketika aku masih muda, masih menjadi ibu-ibu ting-ting, baru punya anak satu doank. Di mana aku membacanya? Ya, di atas kendaraan umum yang membawaku ke tempat kerja. Pikirku, daripada aku tertidur di bis sangking lamanya perjalanan, Cilincing--Jl.Thamrin, dengan variasi berganti-ganti kendaraan umum, hihihii...ribet banget, capek,  mending juga duduk manis, baca.

Pernah sekali aku coba untuk tidur dalam perjalanan, seperti mereka-mereka yang begitu naik, duduk, bayar karcis, langsung deh pasang posisi untuk tidur, bahkan yang berdiri sekali pun dengan tangannya bergelantung pada gantungan/pegangan yang berjejer di sepanjang besi pada bagian atas bis, bisa-bisanya mereka tidur. Tahu gak sih? Aku kebablasan. Pules banget aku tertidur. Untung suara kondektur bis berteriak dengan keras.





"Taman Suropati, Taman Suropati...Bappenas..."

Aku terhenyak, bangun glagapan donk.

"Stop-stop-stop...pinggiiiir...." teriakku sambil bergegasmaju ke depan dan turun. Untung aku masih ting-ting, jadi gak diragukan lagi tuh melompat turun. Lututku masih kuat menahan berat badanku. Alhamdulillah.

Nah lo, siapa yang akan aku salahkan? Kondektur? Supir bis? Jelaslah bukan mereka. Pastinya salahku sendiri. Biasanya kan baca buku, lha ini koq malah tidur. Pules pula.

Berkaitan dengan buku, aku ingin cerita sedikit tentang buku apa yang sudah aku baca nih. Sejak kemarin, ketika seluruh gusiku terasa sakit dan entah di mana sakitnya, aku berkonsentrasi membaca salah satu buku hadiah dari KSGN (Kelompok Sejuta Guru Ngeblog) yang berjudul : The Miracle of Writing -- jangan salah baca ya? Bukan The Miracle of Reading.  Tapi memang ada hubungannya sih. Dan erat sekali! Membaca dan menulis itu bak saudara kembar yang tak dapat dipisahkan begitu saja. Aku seperti mendapat penyegaran membaca buku ini. Tergugah hatiku untuk mulai berdisiplin membaca apa saja, buku, koran, majalah. Pokoknya apa yang bisa dibaca, akan aku baca.

Selama ini kalau aku  membaca sebuah buku tak pernah tuntas, ada saja yang menghalangiku, ya, bosan lah, ngantuk, diajak anak-cucu nonton dan lain sebagainya. Walaupun buku numpuk, kapan bacanya? Katanya mau jadi Penulis!! Ya, harus bersahabatlah dengan buku. Jangan harap akan menjadi seorang Penulis kalau masih malas membaca dan belum mampu bersahabat dengan buku. Begitu kira-kira deretan tulisan Pelatih KSGN, Pak Namin yang pernah aku baca.

Memegang buku yang satu ini, The Miracle of Writing, karya M. Iqbal Dawami,  mataku tak mau beralih ke lain objek. Tekun aku membaca dalam dua hari selesai. (jelas donk diselang-seling dengan solat, makan, mandi mah gak usah disebut kalleee...). Itu sudah top markotop skor-ku dalam membaca. Banyak sekali  miracles yang disebutkan di buku ini dari hasil membaca. Dengan banyak membaca kita akan memiliki tambahan kosakata untuk  menulis. Aku memang sedang belajar menulis, menulis dan menulis. Berhasil atau tidaknya aku sebagai penulis tentunya ditentukan oleh keseriusanku sendiri.

Postinganku ini bukan untuk menyajikan review atau resensi buku yang baru saja selesai aku baca, tapi aku ingin share beberapa keuntungan yang aku peroleh dari aktivitas membaca. Kemudian apa yang bisa membuat seseorang menjadi  Penulis, juga karena banyak membaca. Pada kenyataannya, bukan saja the miracle of writing, tapi the miracle of reading bisa kita rasakan -- Aku merasakan memang ada sebuah keajaiban ketika membaca, aku berkonsentrasi daaan...sampai selesai membaca buku tersebut aku tidak merasakan lagi nyeri di seputar gusiku. It's really amazing -- It's a miracle of reading.

Di atas sudah aku sebutkan, aku seperti mendapat penyegaran membaca buku ini. -- aku harus tegakkan disiplin membaca, Buktinya dengan membaca satu buku ini banyak hal positip yang aku dapatkan, misalnya aku bisa menuliskan dengan benar kata "apa pun, di mana pun," yang selama ini selalu ragu aku menuliskannya. Alhamdulillah. Kini tidak lagi.

Menurut M Iqbal Dawawi, Penulis Best Seller "Sang Pengubah Mitos,"

"Menulis sebagai terapi untuk membebaskan diri dari tekanan yang memenuhi perasaan dan pikiran. Jika diumpamakan tekanan itu sebagai racun, maka menulis adalah detoksifikasi untuk menguraikan racun-racun tersebut dan pada saat yang bersamaan melepaskannya dari perasaan atau pikiran kita."

Buku yang menarik ini harus aku baca satu kali lagi sebelum aku buat reviewnya, hehehe... karena dalam buku ini mengulas tentang penulis-penulis terkenal yang menjadi terkenal karena moto The Miracle of Writing.











Komentar

  1. Balasan
    1. Sabaaar, ya. Bunda sangking pengen menghayati lagi tentang membaca dan menulis itu gak bisa dipisahin, jadi dibaca lagi nih buku. Tunggu tanggal mainnya, qiqiqii...Makasih kunjungan Tetty Hermawati ke blog bunda.

      Hapus
  2. salut deh sama bunda yati yang masih bisa menyisihkan waktu untuk baca :) saya udah lamaaaaa banget susah cari waktu untuk baca... eh, sebenernya gak susah juga sih kalo emang niat, tapi entah kenapa sekarang ini kayanya enakan tidur daripada baca.. apalagi kalo abis main ama si kunyil, pas ngelonin dia bukannya cepet bangun setelah dia tidur ini mah malah ikutan tidur hehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda juga nih lagi tumben aja, biasanya juga gitu, rada-rada males, hehe... Makasih kunjungannya, ya, pipit. Tapi yuk digalakkan aktivitas membacanya.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. \Berarti postingan bunda berhasil donk nih, ya, menarik hati pembacanya, hehe... Makasih kunjungan kornelius ke blog bunda.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Eh, Om Jay a.k.a. Wijaya Kusumah, Insya Allah. Mudah2an gak surut moodnya, hehe... Makasih kunjungan Om Jay ke blog bunda.

      Hapus
  6. Aku kudu kyk mb nih, kmbali rajin buka buku lg hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gustyanita Pratiwi, yuk, monggo, kita sama kembali rajin. Makasih kunjungan Pratiwi ke blog bunda.

      Hapus
  7. hmm..aku gi sakit gusi niy bun..
    boleh pinjem bukunya biar ga sakit eehh
    *di jewer bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih dijewer, malah disuruh dateng aja ke rumah bunda, hehe... Makasih Nchie kunjungannya.

      Hapus
  8. Bundaa aku juga kalo baca buku lamaa, kecuali buku lucu. Baca novel2 gitu malah bisa sebulanan, lah waktu tenang mbaca pas anak2 tidur, tapi saat itu ngerjain hal lain. Gimana inii hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sammmaa, rahmiaziza, bunda juga, tapi kudu dipaksa untuk menyisihkan waktu baca. Makasih ya kunjungannya.

      Hapus
  9. Menulis itu bisa jadi detoksifikasi? Ih keren banget ya bun. Ini yang belum saya tahu. Semamgat selalu ya bun dan tentunya hepiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sweeer, buktinya bunda gak berasa sakit tuh gusinya selama baca buku itu, qiqiqii... Makasih kunjungan Ika, semoga ika juga selalu semangat and happy.

      Hapus
  10. Bundaaa aku semangat lagi nulis...
    Makasiiihhhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Mudah-mudahan gak mudah surut ya tuh semangat. Jagain pake pager yang tinggi dan kokoh, hahaha... Makasih, kunjungan Lusijani ke blog bunda.

      Hapus
  11. Bundaaa aku semangat lagi nulis...
    Makasiiihhhh

    BalasHapus
  12. mau banget baca bukunya Bund....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...tertarik ya, berhasil donk bunda bikin postingannya. #GeeR. Sook atuh dicari di toko buku. Makasih kunjungan Dwi Puspita ke blog bunda.

      Hapus
  13. asyik baca tulisannya bunda yati, sederhana kalimstnya tapi bermakna, ajarin bikin blog yg nice gini dong bunda

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu