Lain Dulu Lain Sekarang

Mulai hari ini aku akan membuat postingan, Insya Allah, satu hari satu postingan. Program ini dicanangkan oleh salah satu Founder Fun Blogging yang selalu memberikan dorongan kepada membernya untuk rajin meng-update blog. Nama programnya One Day One Post, disingkat ODOP. Tema untuk hari ini, 31 Agustus 2016 hari ke-3 adalah tentang "Kisah Buku Paket yang Turun Temurun pada zamannya."


Tema ini betul-betul mngingatkan betapa mudahnya dulu ketika aku memiliki empat orang anak, ketika mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Aku sama sekali tidak pernah bingung memikirkan tentang biaya membeli buku-buku baru pada setiap kenaikan kelas. Apa sebab? Ya, karena pada masa anak-anakku sekolah, mereka bisa memakai buku-buku warisan dari sang kakak, begitu seterusnya sampai mereka semua menyelesaikan ujian SD. 

Kebingungan yang datang setelah itu hanyalah ketika salah satu anakku masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masa itu tentu saja semua buku baru harus dibeli untuk menyesuaikan pelajaran di SMP, namun tidak ada yang memberatkan karena hanya seorang yang masuk ke sekolah ini. Mulai saat itu aku selalu menjaga buku-buku barunya dengan baik, seperti ketika aku memberikan contoh kepada mereka pada masa mereka di sekolah SD. Alhamdulillah, buku-buku masih selalu terawat rapih dan masih layak diturunkan kepada adik-adik yang kemudian membutuhkannya.

Tapi itu kisah tentang masa lalu. Buku-buku pelajaran seolah bisa diwariskan terus dari kakak kepada adik-adiknya selama mereka masih dalam lingkup satu sekolah. Begitu pun ketika mereka sudah mulai meningkat ke sekolah SMP, sistim warisan ini masih bisa diteruskan sampai semua anak-anakku menyelesaikan Sekolah Menangah Atas. 

Sebuah istilah yang terlontar dari ibu-ibu muda masa kini pastilah akan menyebutnya sebagai "tahun jebot." Koq? Iya karena pada tahun anak-anakku sekolah belum ada ibu-ibu muda blogger yang mengalami istilah yang bertajuk "buku-buku pelajaran yang bisa diwariskan." Seingatku pada masa anak-anakku sekolah di tahun jebot itu belum ada istilah  Buku Paket" -- tidak seperti ketika permata-permata hatiku sudah masing-masing memiliki anak-anak -- Masa generasi ketiga, barulah ada yang bernama buku paket, yang setiap tahun, bahkan kadang setiap beberapa bulan sudah pula harus diganti. Jelas donk buku si kakak gak bisa dipake oleh sang adik, karena buku paket itu sifatnya  tidak selanggeng buku-buku pada saat ketika anak-anakku bersekolah. Seperti yang aku sebutkan di atas, selalu berganti, dan tak bisa dipakai turun temurun.

Anak-anak generasi ketiga di keluargaku memiliki buku yang bernama LKS (Lembar Kerja Siswa). Setiap sekolah terkadang buku LKS untuk mata pelajaran yang sama, berlainan judulnya. Ini aku tahu karena ketika aku mengajar anak-anak yang fatherless dari sekolah yang berlainan, mereka menggunakan buku LKS yang berbeda-beda. Hal juga juga aku dapati dari mereka yang bersekolah melalui Paket A, B atau C yang memiliki buku LKS yang diterbitkan oleh Yayasan tertentu. Sistim pembelajaran pun sudah jauh berbeda dibandingkan dengan masa anak-anakku sekolah. 

Kisah buku pelajaran pada zamannya memang meringankan para orang-tua, bisa diturunkan dari kakak kepada adik, orang tua tidak perlu memikirkan untuk membeli buku-buku baru setiap pergatian tahun. Apakah bisa terjadi hal sama dengan buku-buku paket, yang cara pembayaran untuk pembelian buku-buku itu dalam jumlah yang tidak sedikit, dan harus pula dituntaskan memilikinya sebelum tahun ajaran baru dimulai.

Jadi berbicara tentang sekolah yang mengaitkannya dengan buku-buku, seperti judul postinganku ini "Lain Dulu Lain Sekarang." Masa semakin berubah seiring berjalannya kemajuan teknologi. Bahkan boleh dikatakan, aku sendiri yang pernah duduk di sebuah Fakultas, tidak begitu mampu mengerjakan pelajaranyang ada dalam buku LKS yang tergabung dalam Buku Paket di masa kini. 

Tema kisah buku paket yang diwariskan turun-temurun ini sangat mengingatkan jugaj pada masa aku sekolah dulu. Dan kalau aku ceritakan juga akan panjang jadinya. Jadi cerita aku akhiri di sini saja, ya. DL  pukul 23.50 lho. Mudah-mudahan aku gak gugur nih, supaya semangat menulisku terbakar terus.




Komentar

  1. Iya bunda, sekarang buku pelajaran malah banyak juga yang elektronik ya, bagi yang orang tuanya nggak begitu paham IT pasti kebingungan cara ngeprint-nya dan lain-lain :( .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan Panggilan Bunda?

Khasiat Serai Merah

Eratnya Ikatan Kekeluargaan Itu